Rabu, 12 Desember 2012

Pelajar berkalung parang

kau berangkat dengan penuh niat
begitu polosnya wajahmu
begitupun lugunya tatapanmu

pamitanmu untuk belajar
niatmu untuk belajar
tapi kamu bukanlah pelajar


ibumu berdo'a untukmu
bapakmu mengais rejeki untukmu
tapi kenapa kamu menjemput ajalmu

Tak ingat kata ibumu
tak ingat kata bapakmu
ingatmu adalah rayuan temanmu
hura-hura tak ada airtinya

Sebilah parang kau genggam
seuntai tali kau kalungkan
untuk melukai lawan

kamu bukanlah pelajar
kamu tak pantas diajar
dan kamu tak pantas belajar

ketika lehermu tergores parang
darah mengalir deras dijalanan
nafas tak lagi ada


nyawamu sudah hilang wahai pelajar brutal

Dosenku.. (TNI)

Kau mengemban amanah bangsa
kau juga seorang patriot pahlawan bangsa
hujan badai tak kau pedulikan
demi keutuhan bangsa dan perdamain negara ini

dua tangan sekaligus kau ulurkan
tangan kananmu untuk negara
tangan kirimu untuk mahasiswa

tapi sayang tangan kananmu lebih berat dari tangan kirimu

Pernahkah kau sejenak menyadari dan ingat kami
betapa kami selalu menungumu
selalu menantimu
juga mengharapkanmu

Hujan deras, angin menerpa
kilatan petir terasa sampai nadiku
dedaunan bergoyang mengikuti terpaan hujan
ranting berjatuhan terhempas angin

Hanya kelas yang menjadi saksi bisu
saksi mati yang selalu setia ketika aku menantimu
hati ini resah menunggu hadirmu
keresahan pun membara antara pulang dan tunggu

Dosenku, pahlawanku
kami tak rindu hadirmu
kami tak butuh seragam TNI mu
kami tak butuh sepatumu
kami juga tak butuh absenmu

Bapakku, pejuangku
kami hanya butuh ilmu dari ketulusan hatimu.........

Selasa, 11 Desember 2012

Langkahku diambang perahu kertas

Aku hidup karena aku dilahirkan
matiku pula karena aku diinginkan
hidupku penuh dengan harapan
jalanku penuh dengan siksaan

Tanya tuhan kenapa aku diciptakan
salahkan dunia menuliskan cerita hidupku
salahkan alam memberikan aku peran

apa salah juga ibuku melahirkanku

Tanya tuhan....
tapi tuhan tak mau menjawabnya
tuhan juga tak meramalkan masa depanku
pada siapa aku mengadu

ku tanya pada ilalang kering
sanggupkah dia menjawabnya
aku hanya terdiam menungu jawaban itu
tapi semua membisu tak mau menjawabku

langkahku semakin berat
masa depanku semakin gelap
orang yang dekat semakin menjauh
yang jauh tak mau mendakatiku

Inikah suratan takdirku
Apakah ini siksaan duniaku
haruskah aku pergi dari ini
rumput pun hanya menari ketika aku pamiti

Ya tuhan.....
haruskah aku tenggelam......